PO Haryanto, Bus terkemuka asal kota Kudus
(Author : Yurian Haris Daviansyah)
« 17 August 2012, 19:43:19 »
izin buat thread ya
Sejarah PO Haryanto:
Kisah Haryanto merintis perusahaan angkutan PO
Haryanto
PO. HaryantoMerantau ke Jakarta tanpa uang dan
pendidikan, Haryanto akhirnya melamar sebagai
anggota TNI. Setelah 20 tahun mengabdi di
kesatuannya dengan pangkat terakhir kopral, ia
justru sukses berbisnis angkutan umum. Kini
penghasilannya tak kalah dengan para jenderal.
Gelutilah bisnis yang Anda kenal. Haryanto
agaknya betul-betul menjalankan nasihat ini
dengan disiplin tinggi. Berkat ketekunan,
keuletan, dan tentu saja garis keberuntungan yang
tergores di tangannya, Haryanto akhirnya
memetik buah usahanya.
Bagi pria kelahiran Kudus 46 tahun yang lalu ini
disiplin memang bukan hal aneh. Maklum, ia
adalah mantan anggota Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Jangan pandang sebelah mata.
Kariernya di TNI memang berakhir saat ia
berpangkat kopral. Tapi, Haryanto benar-benar
sukses mengelola bisnis. Saat ini ia memiliki 26
bus eksekutif yang melayani jalur Jakarta-Kudus
PP, Jakarta-Pati PP dan Jakarta-Jepara PP. Selain
itu, ia juga memiliki 150 unit angkutan kota
(angkot) yang merajai seluruh trayek di Tangerang
serta memiliki show room mobil.
Haryanto sendiri sebenarnya tak pernah
menyangka ia akan menjadi pengusaha. Pasalnya,
ia terlahir sebagai anak desa di Kudus, Jawa
Tengah. Orang tuanya hanyalah buruh tani yang
punya kerja sambilan sebagai tukang
memisahkan tulang dan daging ikan di pasar.
Adapun Haryanto, sejak kecil dididik untuk
bekerja keras, mulai dari menggembala sapi milik
tetangga, berjualan es atau sebagai tukang ngarit
demi menambah penghasilan bagi kelangsungan
hidup keluarganya. Maklum, keluarganya adalah
keluarga besar. Haryanto adalah anak keenam
dari sebelas bersaudara.
Meski ulet, ternyata Haryanto cukup bandel.
Buktinya, ia tidak menyelesaikan sekolahnya di
bangku Sekolah Teknik Menengah (STM) lantaran
merasa tidak cocok. Ia lalu kabur dari rumah dan
hijrah ke Tangerang. "Saya akan mengubah
nasib," begitu tekadnya waktu itu.
Berbekal tekad dan semangat yang kuat, di
Tangerang Haryanto lalu mendaftar sebagai
anggota TNI. Sejak kecil Haryanto memang
bercita-cita bisa berseragam loreng sambil
memanggul senjata. Cita-citanya itu akhirnya
kesampaian juga. Tahun 1979 ia mulai bekerja di
kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang.
"Saya dididik jadi pengemudi, tugas saya
mengangkut alat-alat berat, meriam, beras untuk
konsumsi dan perminyakan," kenang Haryanto.
Penghasilan yang ia kantongi waktu itu sekitar Rp
18.000 per bulan.
Bekerja sambilan jadi sopir angkot
Karena sudah bekerja dan mengantongi gaji, pada
1982 Haryanto memberanikan diri untuk
menikah. Tapi, gaji belasan ribu yang diterimanya
tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk menambal
semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa
berukuran 3 x 4 meter yang ia huni bersama
dengan istrinya tak mampu ia bayar. "Untuk
membayar sewa rumah saja saya utang,"
kenangnya. Kepepet dengan kondisi keuangan
yang minim inilah yang justru mempertebal
semangat Haryanto untuk mulai mencari usaha
sampingan. Pada 1984, dengan modal uang
tabungan kurang dari Rp 1 juta, Haryanto nekat
membeli satu unit mobil angkutan kota (angkot)
buatan Daihatsu.
Ia pun lalu menjadi sopir bagi kendaraan
pribadinya yang berpelat kuning. Waktu itu rute
yang ia tempuh Pasar Anyar-Serpong. "Dulu
masih kebun karet, jalannya juga enggak sebagus
sekarang," paparnya. Di sela-sela waktu bekerja
sebagai sopir kendaraan militer di kesatuannya,
Haryanto pun meluangkan waktunya untuk
menyopiri angkotnya. Saban hari ia menyopir
angkotnya pada pukul 15.00-16.00, kemudian
bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00. Selepas
pukul 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya
lagi hingga dini hari. Suka tidak suka, Haryanto
harus mengurangi waktu tidurnya demi
menafkahi istri dan ketiga anaknya.
Berkat rajin menyopiri angkotnya, tahun-tahun
berikutnya Haryanto terus membeli angkot dari
uang yang ia sisihkan. Modal untuk membeli
angkot juga didapatnya dari hasil kerja
sambilannya yang lain, sebagai perwakilan bus
PO Sumber Urip yang ia tekuni sejak 1990-2000.
Angkotnya terus beranak-pinak hingga puluhan
dan terus bertambah menembus angka 100 unit.
"Insya Allah sekarang saya telah memiliki jalur
angkot hampir seluruh Tangerang," ungkapnya
penuh syukur. Saat ini sekitar 150 angkot ada
dalam daftar asetnya. Dari usaha angkotnya saja,
jutaan rupiah berhasil ia kantongi setiap hari.
Tapi, Haryanto bukan orang yang gampang
berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka satu gerai
showroom mobil di Tangerang yang khusus
menjual angkot dari beragam karoseri. Gerai ini
tak membutuhkan modal yang banyak, Haryanto
hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin
menjual angkotnya. "Modalnya hanya
kepercayaan," tukas Haryanto. Showroom ini pun
cukup laris, setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil
berhasil ia jual.
Pensiun dari kopral, gajinya jenderal
Karena putaran roda bisnisnya semakin kencang,
Haryanto pun akhirnya memutuskan untuk keluar
dari kesatuannya di militer. Kendati usianya baru
43 tahun, tahun 2002 lalu, ia melayangkan surat
pengunduran diri. "Saya enggak dapat pesangon,
tapi dapat pensiun Rp 800.000 per bulan,"
ujarnya.
Sejak pensiun itulah Haryanto justru sibuk
dengan mainan barunya, yaitu PO Haryanto yang
dirintisnya pada tahun yang sama. Waktu itu
Haryanto mendapat kucuran kredit dari Bank BRI
sekitar Rp 3 miliar. Uang itu ia gunakan untuk
membeli enam unit bus senilai masing-masing
Rp 800 juta. "Pinjaman itu saya pakai untuk uang
muka beli bus," katanya.
Semula Haryanto mengoperasikan busnya untuk
rute Cikarang-Cimone kelas non-AC alias
ekonomi. Sayangnya, bus jurusan ini sepi
penumpang. Maka, ia mengalihkan ke bus
eksekutif yang ber-AC dan membuat rute baru
yang tujuannya tak jauh dari kampung
halamannya, yaitu Jakarta-Kudus, Jakarta-Jepara,
dan Jakarta-Pati. Demi menjaga kualitas, Haryanto
mendidik sopir-sopirnya agar tidak ugal-ugalan
dan diprotes penumpang. Walau sudah menjadi
juragan, Haryanto pun tak segan-segan setiap hari
nongkrong di terminal, memeriksa sendiri
kondisi bus-busnya sambil mendengarkan
keluhan penumpang.
Di garasinya kini sekitar 20 unit bus berjajar rapi.
Adapun enam bus kelas ekonomi yang pertama ia
beli dulu, dikandangkan terpisah dan tidak lagi ia
lajukan di jalan raya. "Bus ekonomi nanti akan
saya lepas Rp 200 juta per unitnya," kata
Haryanto. Salah satu kunci suksesnya sebagai
pemain baru di bisnis bus antarkota
antarprovinsi ini adalah karena ia berani
mematok tarif 20% lebih murah ketimbang
perusahaan otobus lain.
Tak heran, banyak penumpang yang kini melirik
armada angkutannya sehingga pundi-pundi uang
Haryanto lancar terisi. Dari putaran roda bisnis di
bisnis beragam angkutan penumpang ini,
Haryanto kini menangguk pendapatan yang
lumayan. Karyawannya pun kini telah mencapai
500 orang. "Saya enggak nyangka sekarang bisa
menjadi pengusaha," ungkap Haryanto. Sebagai
pengusaha, tentu saja penghasilan pensiunan
kopral itu tak kalah dengan para jenderal.
Mengongkosi Sopir ke Tanah Suci
Pergi ke tanah suci adalah impian Haryanto,
pemilik PO Haryanto. Itu sebabnya, ia selalu
menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilannya.
Berkat uang hasil tabungannya itulah, pada 1997,
akhirnya ia bisa berangkat ke tanah suci bersama
orang tua dan istrinya. Sejak kakinya
menginjakkan tanah suci itulah ia berjanji pada
dirinya untuk menjalankan bisnis ini dengan
sungguh-sungguh. "Alhamdulillah saya bisa ke
Mekkah juga dari hasil usaha angkot," ujarnya
kalem.
Haryanto agaknya sadar betul bahwa usahanya tak
akan berhasil tanpa campur tangan Yang di Atas.
Itu sebabnya, ia berikrar akan memberangkatkan
sopir-sopirnya ke Tanah Suci. Maka dari itu,
setiba dari Mekkah, kendati harga dolar sedang
mahal-mahalnya, Haryanto memenuhi janjinya
pada diri sendiri untuk memberangkatkan
karyawannya naik haji. Kesempatan pertama itu ia
hadiahkan pada satu orang sopir yang telah setia
bekerja padanya. "Dia sopir pertama yang saya
berangkatkan ke tanah suci," ujarnya.
Tradisi memberangkatkan karyawannya itu terus
ia pelihara hingga sekarang. Bagi karyawan yang
taat dan tekun beribadah, Haryanto tak segan-
segan membagi tiket untuk beribadah ke Mekkah.
Kini setiap tahun sekitar lima karyawan berangkat
naik haji atas biaya Haryanto.
Beberapa gambar dari bus PO Haryanto.
sekilas profil H.Haryanto
http://www.youtube.com/watch?v=wtBIk75W2ZM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar